5 Kuliner Medan Legendaris yang Wajib Dikunjungi
19:02
Assalamualaikum. Agustus lalu saya berkesempatan kembali ke Medan. Kunjungan ini merupakan kali ke-dua saya ke Medan. Kedatangan pertama saya Agustus 2010. Pas banget di bulan yang sama ya. Jadi sudah berlalu tepat 6 tahun.
Setelah mengalami delay pesawat yang semestinya terbang pukul 18:25 namun kemudian baru take off pukul 00:30 hari berikutnya, akhirnya kami tiba di Kualanamu. Niatan mencoba kereta api bandara pun pupus sudah. Kami mendarat pukul 03:00, kemudian sampai di hotel pukul 04:00. Pukul 05:30 saya dan rekan saya harus sudah bersiap menjalankan tugas. Rasanya luar biasa, kepala seperti melayang-layang. Kami merupakan beberapa korban kacaunya jadwal pesawat pada launching Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno Hatta.
Untuk kunjungan terkait pekerjaan seperti ini saya tak pernah bikin itinerary. Khawatir kuciwa tidak terlaksana karena kerjaan pasti jadi yang utama. Tapi ternyata atasan saya suka wisata kuliner. Jadi ada jeda waktu sedikit saja pasti disempatkan makan di luar. Referensi beliau ternyata merupakan tempat-tempat kuliner legendaris yang memanjakan lidah.
Rumah Makan Wajit dan Pecal Bahagia
Sebenarnya tempat makan ini tidak berada di Medan. Tepatnya di area dingin seperti di puncak yang kami lewati, yakni Berastagi. Pasti udah pada tau kota ini. Paling tidak pernah baca namanya di monopoli, ya kan? Petualangan kuliner perdana kami dimulai di sini. Kami menepi di rumah makan Wajit dan Pecal Bahagia dalam perjalanan Medan-Subulussalam karena memang belum sarapan. Lucu ya nama rumah makannya.
Sesuai dengan namanya, tempat makan ini menyajikan wajit sebagai menu pembuka. Rasanya enak sekali. Manisnya pas, sepertinya dibuat dari beras ketan dan gula jawa/aren pilihan. Aneka jajanan pasar khas lokal yang menggoda pun dihidangkan di meja kami sembari menunggu makanan utama tiba. Menu yang saya pesan adalah Lontong Pecal Sibolangit. Tak rugi saya mencicipinya meski mirip gado-gado di daerah lain. Walaupun dulu sudah sering menyantap lontong pical di Padang, tetap saja Lontong Pecal Berastagi ini punya cita rasa tersendiri. Tak salah RM Bahagia menggadang-gadang Wajit dan Pecal dalam rangkaian namanya.
Sebenarnya area rumah makan ini merupakan tempat truk-truk berhenti dan berlalu lalang. Kadang ada bau karet menyengat. Truk yang lewat sini biasanya memang mengangkut karet. Untunglah di dalam rumah makan Wajit Bahagia kondisinya bersih, luas, dan bebas bau karet. Recommended untuk singgah jika sedang melintasi Berastagi.
Alamat: Peceren, Berastagi 9-11
Soto Sinar Pagi
Tadinya saya tak tahu jika rumah makan ini merupakan tempat sarapan legendaris di Medan. Ternyata ketika saya post di IG saya (@nianastiti), teman-teman saya pada komen dan bilang itu tempat sarapan enak dan legendaris banget. Emang sih waktu saya ke sana situasinya sangat ramai. Kesampaian juga nih makan Soto Medan di Medan, Hehe.
Rasa soto di Sinar Pagi sangat pas dinikmati dengan perkedel. Hal unik yang saya temui di sini adalah setiap customer diberikan agar-agar dalam gelas yang disajikan terbalik seperti dalam foto di atas. Menyegarkan sehabis menyantap soto panas-panas.
Kedai Kopi Tak Bernama di Pasar Hindu
Nggak bertanggungjawab banget ya saya nggak ngasih nama kedai. Saya sudah menanyakan nama kedai ini tapi sepertinya memang tidak ada namanya. Namun demikian kopinya sangat nikmat. Warga pecinan Medan suka singgah kemari untuk sekadar mengobrol atau membicarakan bisnis mereka.
Di kedai kopi tak bernama ini barangkali transaksi bisnis senilai milyaran rupiah berlangsung setiap pagi dalam tegukan tiap-tiap cangkir kopi yang dipesan oleh para pengunjung yang berdandan rapi dengan kemeja maupun yang bercelana pendek. Memang di sini para pengunjung bebas saja mau berpakaian seperti apa. Tak ada pakaian yang terlalu formal maupun terlalu santai untuk berkunjung.
Saya memesan kopi susu, khawatir mules jika minum kopi hitam saja seusai menyantap soto. Rasanya sangat enak. Kabarnya kedai ini mengolah sendiri biji-biji kopi yang disajikan bagi para pelanggan. Pemilik kedai ini adalah seorang mantan pramugari Silk Air yang katanya sangat menawan pada jamannya. Ketika saya melihat beliau, memang beliau masih kelihatan cantik. Apalagi dengan senyum teduhnya. Makin kelihatan cantik.
Tak hanya orang tua yang datang ke sini. Banyak juga kaum muda yang sedang ngopi di sini pagi itu. Bagaimana pagi kita akan menentukan mood kita seharian. Sarapan di sini membuat mood benar-benar baik.
Meski baru sarapan soto, saya penasaran dengan roti bakarnya yang legendaris. Selainya srikayanya dibuat sendiri. Memang benar adanya: enak sekali!
Karena Bapak-Bapak memesan telur setengah matang, saya jadi ikut penasaran dan mencoba ikut pesan. Sarapan saya banyak ya? Hehe. Ini karena sisa waktu kami tinggal sedikit untuk segera kembali ke Jakarta. Jadi dihajar saja semua kuliner yang ingin ditunjukkan ke saya. Saya sih senang-senang aja. :D
Risol Gogo
Tepat dari kedai kopi saya diajak ke tempat yang menjual risol. Katanya enak banget juga nih risolnya. Saya sempat merekam mereka menggoreng risolnya sesuai yang dipesan. Ada di video youtube di bawah ya. Jadi mereka selalu memberikan risol yang fresh pada pelanggan. Kami pesan untuk dibawa pulang sebelum checkout pagi itu.
Dalam perjalanan saya menyimak cerita tentang asal muasal risol Gogo. Jadi si Ibu pemiliknya kabarnya dulu karena suatu kondisi kemudian menjadi single parent. Si Ibu yang suka memasak mencoba berjualan risol. Karena memang rasanya enak maka lama-lama risolnya punya pelanggan tersendiri dan terus berkembang.
Memang cerita kesuksesan bisnis kadang bagaikan cerita keberuntungan seseorang, tapi saya yakin si Ibu pemilik Risol Gogo pasti dulu prihatin dan getol sekali supaya untung hasil jualannya bisa digunakan untuk memperbesar usahanya. Kabarnya dari situ beliau bisa menguliahkan anaknya ke Amerika (kalau tidak salah, pokoknya benua lain, hehe). Kuliahnya jurusan manajemen bisnis atau semacamnya. Kemudian anaknya pulang dan ikut mengembangkan Risol Gogo ini. Ceritanya heroik banget ya, jarang anak jaman sekarang mau mewarisi dan ikut mengembangkan usaha orang tuanya.
Hal berbeda dari risol lain setelah saya mencicipinya ada pada tekstur kulit dan isinya. Lah, semuanya dong? Jawabannya IYA. Hehe. Kulit risolnya sangat tipis tapi menutup sempurnya. Lembut tapi juga gurih dengan dilapisi tepung panir halus. Isinya pun banyak sayur dan dagingnya. Bumbu isiannya enaknya pas. Saya yang nggak terlalu suka gorengan pun bisa sangat menikmatinya saking enaknya. Duh jadi pengen kan. Glugh!
Alamat: Jalan Mojopahit No. 53 Medan
RM. JEMADI
Ketika memasuki rumah makan ini mata saya langsung berkilat-kilat melihat sayuran hijau yang tersaji di meja. Bagaimana mereka mengolahnya bisa masih hijau segar begitu ya? Lalu ketika hendak duduk saya disambut aroma memikat sambal belacan khas Sumatera Utara. Ummm, aromanya memikat.
Kami tak segera menyantapnya karena tujuan utama kami makan di RM Jemadi adalah untuk menikmati udangnya yang tersohor. Saya mencomot ikan asin dan sayur mentah lalapan untuk dicocol ke sambal belacan yang nikmat sembari menunggu udang.
Udang segar yang disajian benar-benar masih baru diangkat dari penggorengan. Panasnya maknyos. Sepertinya tak ada bumbu-bumbu istimewa dalam udang ini, tapi justru disitulah kenikmatannya. Menikmati rasa udang segar yang digoreng dengan orisinil tanpa tambahan apa-apa. Dua piring udang ini pun habis disantap kami bertiga.
RM Jemadi sepertinya tak terlalu dikenal kaum muda pemburu kuliner, namun jika teman-teman suka menikmati masakan khas lokal yang legendaris dan orisinil, maka jangan lupa sempatkan mampir di RM Jemadi dulu untuk santap siang. Jangan sampai terlambat ya, karena udangnya cepat sekali ludes.
Alamat: Jalan Jemadi, Pulo Brayan Darat II, Kota Medan
Duren Ucok
"Jangan bilang pernah ke Medan kalau belum pernah mampir ke Ucok Durian. Tidak membuka cabang lain." Poster itu menyambut kedatangan kami ke tempat yang sudah saya tunggu-tunggu, yakni Ucok Durian! Saya emang suka banget durian. Barangkali dari bayi saya udah suka. Karena di halaman rumah orang tua saya ada pohonnya.
Dulu saya belum sempat ke Ucok Durian karena belum buka atau kenapa ya, saya lupa. Makanya mungkin saya jadi dapat rejeki berkesempatan balik ke Medan.
Ucok Durian memang beda, duriannya pilihan. Dari durian pilihan yang ada, saya masih minta dipilihin lagi yang dalamnya kuning mentega, yang paling nikmat. Saya dan seorang teman saya menghabiskan sekitar 3 buah durian hanya berdua. Puas banget. Bapak-bapak hanya memakan dua biji aja. Anak muda menang banyak!
Durian yang dibungkus untuk dibawa pesawat |
Mie Aceh Titi Bobrok
Dulu saya pernah ke mie aceh Titibobrok ini, tapi karena rindu saya ulang lagi ke sini. Saya memang suka sekali mie aceh. Biar makin lengkap jangan lupa disantap dengan ditemani teh tarik.
Jalanan ke sini ternyata sangat macet di malam hari.Cari parkir pun susah. Padahal malam hari kerja lho, bukan akhir pekan. Tapi suasana di dalam rumah makan ini berhasil membuat mood kami membaik. Salah satunya karena junior saya hobi kali menggoda kakak-kakak yang menanyakan pesanan kami. Kebetulan si kakak ini juga lucu dan pandai becanda, jadi kami langsung ketawa-ketawa karena lucunya jawaban si kakak karyawan kedai sambil menunggu mie nya datang. Waktu itu ada pengamen yang sedang pentas dan suaranya lumayan juga.
Mie Aceh Titibobrok menjadi penutup perjalanan kami. Sayangnya waktu bebas untuk makan-makan hanya ada di pagi hari dan sebentar di malam terakhir. Tapi sudah cukup banyak juga ya ternyata kuliner Medan yang saya coba. Sudah bikin berat saya naik juga. Haha! Jalan-jalan dengan orang-orang tua ternyata jadi tau banyak cerita di balik suatu tempat. :)
33 komentar
Medan itu memang pusatnya kuliner yang mantap-mantap enaknya! Kayaknya mau cari kuliner enak apa saja pasti ada. Saya pernah ke Medan dulu, dan saya pikir sebagian besar kuliner Medan sudah saya coba, tapi pas baca ini malah pengin ke sana lagi karena 4 dari 5 kuliner di tulisan ini belum pernah saya coba! Haha. Penasaran banget sama risolnya, haha. Saya doyan risol sih. Kalau durian Medan itu menurut saya banyak banget, makan satu buah berdua saja sudah cukup bikin saya mabok.
ReplyDeleteAku agak seralah kalau soal durian, hihi. Gara udah coba yang mana? Mie Acehnya ya?
DeleteDurennya bikin ngiler mbaaak wkwk
ReplyDeleteMohon kunjungannya ya ^^ https://dwijayantiw.wordpress.com/
DUrennya enak banget Mba :D
DeleteKecuali duren, kayanya yang lainnya harus aku coba kalau jalan-jalan ke Medan nih. Beberapa di antaranya aku pernah dengar disarankan oleh teman, tapi baca tulisanmu ini aku makin pengen. Duh butuh waktu agak lamaan nih kalau pengen coba semua. Kalau sehari dua hari mah bisa kekenyangan abis 😂😂
ReplyDeleteAaak, aku mencoba semuanya ini dalam sehari, kecuali yang Wajit! :p
Deleteselain DUREN makanan yang lain terlihat enyaaaaaaaak! Sepertinya aku akan menggendut kalau jalan-jalan ke Medan hahaha, semua makanan kusukaaaah :D
ReplyDeleteMau ke Medan ya Mba? Selamat kuliner kalau gitu :)
DeleteKayaknya semua makanan di Medan enak yach. Rasanya sudah nyobain banyak makanan di Medan tapi dari list yang ada diatas malah belum satu pun yang pernah ku coba, kecuali durian ucok. wkwkwk.. Mungkin pernah tapi lupa kali yach.
ReplyDeleteIya Mba mungkin dulu belum ngeh aja :D
DeleteGlek. Wajib dibaca lagi nih artikelnya Nia kalo mau ke Medan :D Nanti ajak suami ke tempat roti bakar srikaya & telur setengah matang, favorit banget tuh. Kalo di Jakarta ke kopitiam suka pesen kayak gitu, tapi pasti nggak se-otentik kedai pinggir jalan kayak di postinganmu ini, Nia :D
ReplyDeleteIya Mba, ancer2e Pasar Hindu pokoke. Hehe. Emang orisinalitasnya itu yang bikin makin mantap ya :D
Delete1. Soto Medan Sinar Pagi, memang ramai sih. Cuma kalau untuk selera saya, biasa saja. Terkadang, saya sering bertanya-tanya dalam hati tentang harganya. Karena sepertinya kasirnya suka menghitung sekilas, jadi agak ragu-ragu juga bener tidaknya
ReplyDelete2. Durian, saya lebih suka ke Pelawi. Tempatnya memang tidak terlalu terkenal, tapi lebih enak ngobrolnya
3. Mie Titi Bobrok itu yang di Setiabudi, sebelahnya ada jalan? Karena di Setiabudi ada dua Mie Aceh seingat saya. Keduanya saya suka
Selain di atas, bisa dicoba pertimbangkan: mie bebek Kumango, mie balap yang di Krakatau Ujung, untuk sarapan; cafe Macehat untuk mencoba avocado coffeenya; dan RM Mandailing di jalan SM. Raja ,untuk menikmati ikan salenya dan lalap rotan muda/pakat :)
Wah makasih Mas info detailnya. Aku nggak tahu harganya soto sinar pagi, tapi memang rasanya nggak yang wah banget kayak bumbu pecal di RM Bahagia sih. Mie titi Bobrok juga udah banyak yang menyaingi enaknya ya kayaknya. Bakal nyobain rekomendasi2nya nih terutama duren dan Mie Balap, penasaran! :D
Deletepenasaran ama durian ucok
ReplyDeletesering banget masuk liputan di tipi
Emang dia nyetok banyak yang kualitasnya bagus jadi kita selalu dapat yang enak, pankapan cobain Kaka :D
Deleteporselen untuk minum di kedai kopi tak bernama mirip kopi asiang di pontianak, sama malah bukan mirip, mesti enak juga
ReplyDeleteEnak Mbaa, tapi aku penasaran juga sama Kedai Kopi Asiang di Ponti. Semoga kapan-kapan berkesempatan nyoba :D
DeleteAku ngeces-ngeces dimana gitu mbaca posting an Nia ini.
ReplyDeleteNoted Nia, lgsg aku tanyain klo ke Medan.
Klo di jawa namanya wajik, di Medan jadinya wait, toh..
Iya aku juga biasa nyebutnya wajik Nisa :D
Deletewajit, kenapa saya nyebutnya wajik ya.
ReplyDeleteKalau duriannya saya mau deh, walaupun bukan penggemar tulen, tapi tetep gemar.
Bahasa daerah aja Mba, saya juga nyebutnya wajik kok. Kayak di Jawa. Duren emang buah yang paling nikmat ya :D
DeleteTerbit air liurkuuuu.. Semoga ada waktu dinas ke medan trus ku extend,hahaha. Gileee gendats ni pasti aku. 😂😂
ReplyDeleteAmiin, kayak di Semarang itu Kaka, kuliner terooos
DeleteUnik-unik ya nama restorannya :) makasih Nia infonya :)
ReplyDeleteSama2 Hana, iya agak jarang kita dengar ya jadi unik nama-namanya :D
DeleteNiiiaaaaa.... yang di foto yang di RM. Sinar Pagi itu Om, tante sama sepupu akuuuu hahahhaha. Kok bisa ya :)))
ReplyDeleteMba Mindaaa, ahahahaa kok bisa ya? Hahahaa. Btw semoga mereka berkenan kejepret aku ya, soalnya aku emang ga minta izin :p
Deletemantaaap,,,enak semua euy
ReplyDeleteIya Mba :9
DeleteBeuh medan, Horas Horas !!! Kulinernya menggoda semua yah kak. Legendaris lagi, Penggen ke medan penggeeeeen Haha
ReplyDeleteWalau tinggal di pulau yang sama, aku belum berkesempatan main ke Medan nih *nangis di pojokan. Tulisan ini bakalan jadi referensi banget kalo nanti bisa main ke sana :)
ReplyDeleteomnduut.com
Semoga segera dapat rejeki ke Medan ya Om :D
DeleteTerima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar.
Love, Nia :)