Cerita Saya Menyeberang Via Darat dari Bangkok - Aranyaphrathet (Thailand) ke Poipet - Siem Reap (Kamboja)
00:40
Setelah mengunjungi Muaro Jambi pada Bulan Oktober 2013 saya sangat senang akhirnya bisa ke Siem Reap di bulan Januari lalu. Kunjungan saya ke Siem Reap dalam rangkaian travelling ke Bangkok. Karena saya orangnya pengen sekali merengkuh dayung satu dua negara terlampaui maka saya agak maksain ke teman2 seperjalanan untuk menyempatkan ke Sieam Reap. Keinginan saya terkabul dengan cukup mudah karena rekan2 saya tidak ada yang menolak ketika saya jadwalkan pergi ke Siem Reap untuk menghindari hari H Bangkok Shut Down pada 12 Januari 2014. Kami memutuskan akan mencari bus Bangkok-Siem Reap nantinya.
Kamboja merupakan sebuah negara yang terekam dalam memori saya sejak SD. Kala itu masih rezim Presiden Soeharto, saya melihat tayangan berita di TV bahwa Indonesia telah mengekspor beras ke Kamboja yang saat itu sepertinya baru saja bergabung dalam ASEAN. Saya ingat betul orang-orang Kamboja dalam tayangan televisi tersebut sangat mirip dengan orang Indonesia. Saya tidak pernah menyangka akan menginjakkan kaki ke Kamboja. Alhamdulillah.
Kali kedua Kamboja terlintas dalam imaji saya saat membaca "Akar" karya Dewi Lestari dimana Bodhi ke Bangkok kemudian Siem Reap untuk menuntaskan "tatonya". Saat menulis kalimat sebelum ini saya baru sadar saya telah napak tilas perjalanan Bodhi meski tak secara utuh.
Kembali mengenai cerita perjalanan, kami merencanakan berangkat ke Siem Reap tanggal 11 malam dan menginap di bus. Siang itu pada tgl 11 kami ke terminal Mo Chit untuk membeli tiket bus ke Siem Reap namun ternyata "direct bus" Bangkok-Siem Reap PP hanya beroperasi satu kali sehari pukul 9 pagi dari Bangkok dan pukul 8 pagi dari Siem Reap. Bus tersebut dioperasikan oleh pemerintah kedua negara, namun berdasarkan hasil googling saya membaca beberapa blog yang menuliskan bahwa bus tersebut masih menurunkan penumpang di area yang rawan scam. Kita orang Indonesia BEBAS VISA KE KAMBOJA, yeayy... Maka jika ada yang menawarkan segala macam jenis visa silakan tolak dengan sopan. Karena sudah siang tentu saja tiket bus tersebut hanya ada untuk esok hari yaitu tanggal 12 Januari di mana kami sudah takut akan terjadi kerusuhan di Bangkok (yang ternyata tidak rusuh, aksi pendemo relatif damai). Akhirnya kami berangkat sore dengan bus Bangkok-Aranyaphrathet (kota kecil yang menjadi daerah perbatasan Thailand dengan Kamboja). Mohon maaf saya lupa jam dan nama perusahaan busnya, tapi ada setiap jam ada, keberangkatan terakhir sekitar pukul 17:30 atau 18:00. Sebenanya perjalanan Bangkok-Aran dapat ditempuh dengan kereta api, bahkan tarifnya lebih murah (bisa dilihat di situs resmi Thai Railway) namun jadwal liburan teman-teman saya mepet jadi waktu keberangkatan kereta tidak cocok.
Busnya tidak terlalu eksklusif namun cukup nyaman dengan ruang antara bangku depan kita dan lutut masih cukup lega, ada kamar mandinya, AC nya pas tidak membuat kita menggigil, bus ini sekitar dua kali berhenti di pom bensin (nama lokalnya PTT, tau dari foursquare) jadi jika kita lupa bawa bekal air minum dan makanan tidak perlu khawatir karena di tiap PTT itu ada sevel dan kadang ada orang jualannya juga.
Kami bareng dengan sepasang bule dari Jerman yang sangat ramah dan baik hati, mereka selalu meyakinkan diri dengan bertanya apa betul bus ini ke Aran, nanti dari Aran ke perbatasan gimana dll, tapi nggak annoying.
Kami dan sepasang bule Jerman tadi mengira bahwa bus tersebut akan membawa kami menyeberang sampai ke Kamboja namun ternyata border (lokasi perbatasan Thailand dan Kamboja beserta petugas imigrasinya) sudah tutup sejak jam 8 malam. Kami sampai Terminal Bus Aran jam 10 malam. Kebingungan saat turun dari bus karena saya berjilbab ada seorang pria Amerika yang menyapa saya dan menanyakan apakah saya muslim kemudian memperkenalkan bahwa dirinya muslim. Pria baik tersebut menjelaskan kepada kami juga kepada Sandra dan Michael yang orang Jerman tadi bahwa kita harus menginap di salah satu hotel di dekat terminal tersebut sebelum besok menyeberang ke Kamboja. Ini benar2 tidak kami duga sehingga kami agak bingung mau ngapain dan mau gimana. Syukurlah teman2 saya nyante. Sandra dan Michael dibantu Pria AS tadi survei tarif hotel. Sebenarnya Pria AS tadi udah ngasih tau kalau yang paling murah yang paling dekat sama bus berhenti tadi, penampakan lantai satunya emang kayak warnet, kamar hotelnya di lantai dua ke atas. Warna interior hotelnya pink. Saya dan teman2 berunding mau duduk2 di terminal yang sepi dan bau pesing itu atau nginap di hotel. Kami akhirnya melihat Pria AS, Sandra dan Michael kembali ke hotel pertama yang saya sebutkan tadi dan mereka tidak terlihat keluar lagi. Akhirnya yang paling senior umurnya dalam rombongan kami memutuskan nginap di hotel aja biar besok kuat seharian Aran-Sieam Reap-Bangkok.
Seperti yang saya sebutkan tadi hotelnya seperti warnet. Bapak yang jaga hotel tidak bisa Bahasa Inggris namun sangat baik dan membantu. Beliau menunjukkan angka di kalkulator 385 yang artinya itu tarif hotelnya dalam Baht. Karena cukup murah akhirnya kami ambil dua kamar. Saya dengan Indhi dan dua rekan seperjalanan kami yang cowok di kamar yg lain lagi. Di atas kami ketemu Sandra dan Michael kemudian janjian besok jam 7 pagi berangkat.
Kamar hotelnya luas, double bed, kamar mandinya luas dan free wifi, yah lumayan setelah penat setengah hari jalan2 di Bangkok dan setengah hari duduk di bus akhirnya kami bisa berbaring dan nonton TV acara lokal yang kadang lucu-lucu banget. Dapat bekal air minum pula.
Pukul 7 lebih 10 menit kami check out dan minta bantuan Bapak pemilik/penjaga hotel untuk menawar tuk-tuk bagi kami. Ternyata Sandra dan Michael sudah menunggu kami di luar. Sepertinya mereka takut kena scam. Saya meminta Bapak penjaga hotel untuk menawar dua tuk-tuk, satu isi 4 dan satu lagi isi dua untuk Sandra dan Michael.
Tuk tuk kami berjalan beriringan menuju Poipet Border tepat saat matahari terbit, syahdunya :D
Di jalan saya tak lupa teriak2 ke Sandra untuk hati-hati pada scam. Benar saja tuktuk kami berhenti di sebuah agen wisata yang awalnya menawarkan visa, saat kami bilang free visa mereka menawarkan mobil ke Siem Reap dengan harga yang cukup mahal sehingga kami tolak secara halus.
Alhamdulillah lolos dari scam itu, padahal kami udah teriak2 ke sopir tuktuknya bai na atau apa ya saya lupa pokoknya artinya kami udah punya visa jangan berhenti, lanjut terus Pak. Penting banget biat ngerti bahasa thai nya "saya sudah punya visa", karena saya lupa silakan googling aja, hihihi. Sepertinya Bapak supir tuk tuk diwajibin kali ya berenti di situ sama mereka. Yaudahlah daripada Bapak tuktuk kena bully mending kami yang ngatasi mereka.
Tak jauh dari lokasi scam tadi ternyata udah sampai border aja. Bingung banget bordernya kok bau ikan asin dan bebauan aneh segala macem. Bahkan banyak gerobak lusuh yang mengangkut sayuran dan segala macemnya dari Aran ke Poipet. Keliatan banget jomplangnya pembangunan. Padahal Aran juga udah jomplang pembangunannya kalau dibandingin bangkok (yaiyalah :p).
Setelah mengikuti petunjuk arah kami sampai di depan kantor imigrasi Thailand yang megah, banyak backpaker yang duduk2 aja di tangga depan kantor tersebut. Kami kira kantornya tutup eh ternyata udah buka aja. Yaudah kami masuk dansetelah beres meluncur menuju border Kamboja.
Di perbatasan banyak calo visa yang nawarin jasanya, padahal kami masi bingung mengikuti petunjuk arah. Kami ditanya Pinoy? Pinoy? oleh mereka yang menawarkan visa. Mungkin teman saya dikira orang Filiphina, hahaha.
Sampailah kami di gerbang masuk "Kingdom of Cambodia" tepat di depan kantor pengurusan Visa on Arrival. Kami menunggu Sandra dan Michael di sana.
Melewati casino yang megah sampailah kami di pos imigrasi Kamboja yang sederhana. Di sekitar casino tadi banyak banget pemulung. Nggak usah takut tapi juga jangan liatin mereka, khawatirnya nanti mereka tersinggung atau kalau kita keliatan takut bisa aja kan kita ditakut-takuti, hehhee.
Setelah pos imigrasi ternyata ada scam lagi yang waktu itu saya nggak tau kalau itu scam, modusnya sih mereka itu semacam volunteer yang membantu wisatawan gitu, masih muda-muda lancar bahasa Inggrisnya, atau mungkin mereka dari travel agent, saya juga kurang paham. Mereka ngasihtau kalau bus Poipet-Siem Reap baru ada jam 10 siang (karena saya udah baca sebelumnya saat googling jadi saya percaya), kemudian mereka menawarkan taksi (semacam travel gelap di Sumbar tapi mobilnya sedan, kebanyakan toyota camry). Karena jika tarifnya dibagi empat masih wajar dan kami emang ngejar waktu akhirnya kami milih naik taksi ini. Namun tarif tadi dirasa mahal bagi Sandra dan Michael karena hanya dibagi berdua, maka mereka urung naik taksi ini dan mau nunggu bus aja, saya ngasih pesen ke Sandra lagi untuk hati-hati jangan naik bus ke tourist terminal, di sana sepi, harga bus ke Siem Reap lebih mahal dan harga makanan juga lebih mahal (seperti di Indonesia, kalau terminal jarang dikunjungi otomatis pedagangnya "nuthuk" karena jarang yang beli). Akhirnya kami berpisah di sini dengan mereka. Nah dari sini saya tau kenapa tadi banyak backpaker memilih duduk2 di depan pos imigrasi Aran, ternyata mereka nunggu bus Poipet-Siem Reap mulai beroperasi, di bordernya Thailand emang lebih nyaman dan nggak banyak calo yang teriak-teriak serta ga bau macem2 seperti yang diangkut para kuli gerobak dari Aran ke Poipet, bisa jadi tadi malam mereka tidur di situ juga untuk berhemat.
Kami melanjutkan perjalanan dengan ceria bersama sopir kami yang unyu nan baik hati, hihi, persis orang jawa lho mas sopirnya. Serunya perjalanan Poipet-Siem Reap ini karena pengalaman pertama saya naik mobil yang jalannya di sebelah kanan jalan, kalau nyalip ke kiri serem-serem gimana gitu. Hahaha. Poipet sampai Seam Reap diisi dengan pemandangan sawah yang sangat luas, juga padang rumput. Saya cukup khawatir jangan-jangan nanti Indonesia malah mengimpor beras dari Kamboja. Semoga saja tidak.Mas Sopirnya yang tengah |
Cerita di Siem Reap nya akan dipost tersendiri.
Balik dari Siem Reap kami tetep booking si mas sopir tadi dengan harga jauh lebih murah, bahkan sekalian keliling2 angkor juga dianterin si-mas-nya. Tau gitu kami nawar sendiri aja deh ga via abang2 yang sok baik hati tadi. Beda harganya jauh.
Kami berpisah dengan si-mas sopir di Siem Reap saat akan bertolak ke Poipet, hiks syedih pisah sama masnya yang lucu itu, hahahhaaa. Sopir penggantinya Bapak paruh baya yang juga cukup ramah namun karena kami capek maka kami tinggal tidur. Dalam perjalan kami minta ke Pak Sopir untuk mampir masjid di suatu tempat yang udah deket Poipet yang kami lihat ketika berangkat ke Siem Reap tadi, penjaga masjidnya nyamperin kami, beliau bisa Bahasa Melayu dengan otodidak karena katanya buku petunjuk sholat dan cara baca Al Quran adanya Bahasa Melayu jadi dia bisa karena terdorong untuk belajar Islam. Beliau cerita orang kampungnya banyak yang memperdalam Islam ke Jawa. Penduduk muslim di kelurahan itu cuma sekitar 20-an keluarga. Di Kelurahan (istilah dari saya aja) lain lebih dikit katanya. Hati saya bergetar, Subhanallah, saya senang sekali dapat menjadi penyiram semangat bagi Saudara Muslim di negara yang Islam menjadi agama minoritas.
Sunset di Poipet sangat indah. Ketika pemandangan sawah yang tak ada habisnya berganti menjadi lingkungan berdebu yang agak kumuh dan banyak pemulung artinya kami sudah sampai di dekat border Poipet.
Kami kena denda karena masih kurang dari 24 jam udah balik mau ke Thailand lagi. Kalau nggak salah denda berempat 40 Baht. Untung boleh bayar pake Baht padahal di Kamboja. Dolar kami udah tipis sih.
Pulang ke Bangkok dari Aran kami naik minivan dan turun di Don Mueang Airport bukan untuk pulang tapi numpang tidur di sana, hehehe. Seru ya :D
Detail yang lebih jelas mengenai transportasi menyeberangi kedua negara ini dapat dibaca di post saya mengenai Menyeberang Dari Thailand ke Kamboja via Perjalanan Darat.
16 komentar
Mau tanya nih.. kebetulan mau iseng ke poipet dari bangkok dan paling cuma beberapa jam di poipet.. Wah kalo kurang dari 24 jam kena denda ya untuk cross borde cambodia - thai? Itu tarif 40 bahtnya emang ketetapannya segitu atau gimana?
ReplyDeleteNah kami juga kurang tau itu ada tarif resminya atau nggak, sampai sekarang belum nyari tau lebih lanjut. Kalau nanti jadi ke sana pas kena denda kira2 bayarnya segitu. Syukur2 nggak kena denda kan :D
DeleteAssalamualaikum Mbak Nia.
ReplyDeleteSaya Amel. Kebetulan bulan depan saya ingin ke Thailand dan berminat untuk singgah ke Kamboja juga. Ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan. Apa boleh saya minta nomer hape / bbm? Email saya : amelia.seftiarini@gmail.com
Terima kasih sebelumnya.
Waalaikumsalam Mba Amel. Sudah saya emaul ya. Makasi sudah mampir :)
Deleteboleh minta itinnya mba
ReplyDeletekmrn insidental mas ga pakai iteanerary, jdnkira2 seperti yg ditulis di sini aja :)
Deletemba sy rada jiper deh feb 2015 sy solo traveling. mau ke bkk trus ke SR, tp plg nya mepet gak ya..kalo jam 7 pagi dr siem reap, kira2 sampai airport don mueng bkk bisa gak jam 5 sore ? krn flight jam 7 mlm..duuh deg2 kan..takut nya imigrasi kamboja lelet...please bantu ya..thks
ReplyDeleteMaaf Mba saya baru baca. Setau saya bus ke Bangkok langsung dari Siem Reap itu jam 9 pagi waktu setempat. Imigrasi Kamboja waktu saya ke sana nggak terlalu rame Mba, jadi ngga memakan waktu lama. Kmrn saya nyewa mobil dari Siem Reap ke perbatasan Kamboja di Poipet, keluar dari imigrasi Thai (Aranyaphratet) naik travel ke Bangkok. Kayaknya terlalu mepet sih Mba. Klo rame2 kayak saya bisa nyewa mobil sampe perbatasan 3-4 jam, aranyaphratet Bangkok sekitar 4-5 jam.
DeleteHallo mba boleh email no nya ke jambiethnic@gmail.com mau nnya sewa camry dri poipet ke siem reap brp? Udh itu mau nnya titik scam dll soalny nekad gk bsa bahasa inggris mau prgi-_- dan udh beli tiket
ReplyDeleteYa ampun maaf saya baru baca ini komennya, udah telat ya T^T
DeleteLangsung email ke sarinastitinia@gmail.com ya kalau misalnya masih perlu informasinya :)
Informatif dan oke tulisannya :)
ReplyDeleteAlhamdulillah Terima kasih banyak atas pujiannya :)
Deletelove your story!! Very inspiring!!
ReplyDeleteAku juga mau tanya apa tidak ada bus langsung ya mbak. Mksd saya yg cuma keluar stempel visa trus masuk bus lagi tanpa nyambung2 tuk tuk sana sini :( aku jadi stress krn tahu systemnya buyar kyk di indo juga, slnya bawa orang tua yg 60 thn ke atas, Mnurut mbak layak ga saya bawa ortu gaya indonesia untuk menghadapi border dan scam yg penuh stress begitu, mohon masukkannya.
Terima kasih ^^
DeleteAda bus pemerintah yang langsung Mba. Dari terminal mochit ke siem reap, cuma turun stempel passport aja di perbatasan. Berangkat sekitar jam 8 pagi dari Mochit-Bangkok. Good luck ya Mba :)
mba, kalo mau solo travelling dari bkk k siem reap, naik kereta/bus kira2 aman gak ya? #galau
ReplyDeleteSaran saya naik bus yg disediakan pemerintah aja Mba. Yg sehari sekali jam 9 dr Terminal Mochit. Klo akomodasi lain harus sambung2, kurang aman untuk perjalanan sendirian.
DeleteTerima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar.
Love, Nia :)