Arti Tanggung Jawab
10:36
Seperti pepatah "Manusia Tidak Akan Pernah Puas", saya juga kadang merasa saya pantas untuk mendapatkan yang lebih baik dari pada ini.
Ini yang saya maksud adalah hidup bertahun-tahun sendirian di luar Jawa. Kelihatannya mandiri banget ya. Tapi dipaksa bermasyarakat dalam keadaan single menurut saya kurang baik, akan lebih baik apabila sudah menikah dan membangun keluarga meski sama-sama di usia muda. Kenapa? Karena living alone itu membuat saya makin egois, ini menurut saya sendiri ya. Kadang saya merasa justru tidak bertambah dewasa karena saya cenderung sering berinteraksi dengan teman yang menurut saya nggak rempong atau sama-sama logic seperti saya. Pernah juga saya mencoba berteman dengan berbagai karakter orang namun akhirnya sama saja, hanya segelintir yang kontinyu komunikasinya. Hehehee.
Dari sana saya menyadai bahwa mungkin saya kurang tulus dalam berteman. Penyebabnya sudah saya analisis karena takut sakit hati atau kecewa dan terutama merasa dimanfaatkan karena di pertengahan saya tinggal sendiri di Padang saya bertemu orang2 yang "gimana enaknya dia aja", nah jangan-jangan saya tadinya juga gitu. Jadilah saya nulis ini biar inget. Kalau di awang-awang aja ngingetnya sering lupa, saya nggak boleh seenak saya sendiri tanpa melupakan untuk menjadi original. Saya harus lebih banyak ketemu orang, temannya teman atau saudaranya teman yang welcome and warmly greeting my presence membuat saya tergugah untuk membuka diri.
Ngomongin tanggung jawab, secara sosial saya sedang belajar, nggak terlalu berinteraksi dengan tetangga adalah faktor egoisme karena masih single, merasa belum wajib bermasayarakat. Padahal saya sudah pernah mengalami masalah yang cukup berat akibat tetangga yang rese ketika di Padang dulu. Jadi saya sedikit belajar tentang hal-hal yang wajib saya lakukan, nah itulah yang saya kerjakan, selebihnya saya hati-hati aja.
Semboyan "dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung" dulu begitu mudah rasanya, namun lama-lama saya malas sekali dengan semboyan itu. Hahahaha, yah meski saya jadi bisa ngaco naek motornya karena di sini relatif ngaco juga cara orang berkendaranya.... Menurut pendapat saya, bukankah setiap orang harus saling menghormati? Tidak harus saya terus yang harus menyesuaikan diri bukan? Saya rasa Bukittinggi jauh lebih bisa menghargai bahwa pendatamg memiliki kultur dan kebiasaan yang sedikit berbeda dari kultur asli, mereka paham bagaimana pendatang harus menyesuaikan diri dulu tanpa menuntut untuk berperilaku seperti mereka, toh saya juga nggak bakalan berperilaku seperti mereka soalnya beda cara pikir, yang penting sya respect dan menyesuaikan diri pada hal-hal yang saya harus sesuaikan. Bukittinggi menjaga toleransi kepada pendatamg tanpa mengorbankan filsafat minang "adat basandi syara', syara' basandi kitabullah", di sini masih terjaga bagaimana pergaulan muda mudi dan lain-lain (sepengetahuan saya), padahal lingkungan di sini banyak hotel dan lokasi wisata. Semoga dapat selalu terjaga.
Beberapa hari yang lalu ada peluang dimana saya bisa pindah dari kondisi sekarang. Secara pindah tempat sangat lebih bagus dan dapat mebebaskan saya dari situasi ini, namun secara finansial dan masa depan belum membuat saya tidak yakin bahwa pilihan tersebut akan lebih baik, belum lagi siapa tahu Tuhan memang mentakdirkan saya di sini (huhuhuu, fighting), jadi saya memutuskan stay di kerjaan sekarang. Belajar berkontribusi dan memanage beban dan resiko yang ada pada saya saat ini.
Satu lagi, sabar terus karena untuk kuliah lagi begitu banyak peraturan baru yang selalu menghalangi saya, jadi saya mencoba untuk cari happiness dari kehidupan pribadi saya karena my self description is different with my job description, i'll do my job with my best but i'll live my own life that i want to!
Hal lain lagi, amanah di luar kerjaan, saya sedang belajar juga untuk ikhlas dan mengerjakan sebaik mungkin tanpa pengaruh perilaku orang lain yang menurut saya pribadi cukup annoying. But hey, please learn your very own social responsibility, hihi
Nah karena memelihara hewan sedih sekali rasanya ketika si hewan mati, saya mau nyoba bertanam lagi seperti hobi saya beberapa tahun ke belakang. Semoga itu juga bisa menjadi healing bagi alergi saya.
Sekian cerita nggak jelas dari saya, i'll learn to life again n again :)
Bismillah
Ini yang saya maksud adalah hidup bertahun-tahun sendirian di luar Jawa. Kelihatannya mandiri banget ya. Tapi dipaksa bermasyarakat dalam keadaan single menurut saya kurang baik, akan lebih baik apabila sudah menikah dan membangun keluarga meski sama-sama di usia muda. Kenapa? Karena living alone itu membuat saya makin egois, ini menurut saya sendiri ya. Kadang saya merasa justru tidak bertambah dewasa karena saya cenderung sering berinteraksi dengan teman yang menurut saya nggak rempong atau sama-sama logic seperti saya. Pernah juga saya mencoba berteman dengan berbagai karakter orang namun akhirnya sama saja, hanya segelintir yang kontinyu komunikasinya. Hehehee.
Dari sana saya menyadai bahwa mungkin saya kurang tulus dalam berteman. Penyebabnya sudah saya analisis karena takut sakit hati atau kecewa dan terutama merasa dimanfaatkan karena di pertengahan saya tinggal sendiri di Padang saya bertemu orang2 yang "gimana enaknya dia aja", nah jangan-jangan saya tadinya juga gitu. Jadilah saya nulis ini biar inget. Kalau di awang-awang aja ngingetnya sering lupa, saya nggak boleh seenak saya sendiri tanpa melupakan untuk menjadi original. Saya harus lebih banyak ketemu orang, temannya teman atau saudaranya teman yang welcome and warmly greeting my presence membuat saya tergugah untuk membuka diri.
Ngomongin tanggung jawab, secara sosial saya sedang belajar, nggak terlalu berinteraksi dengan tetangga adalah faktor egoisme karena masih single, merasa belum wajib bermasayarakat. Padahal saya sudah pernah mengalami masalah yang cukup berat akibat tetangga yang rese ketika di Padang dulu. Jadi saya sedikit belajar tentang hal-hal yang wajib saya lakukan, nah itulah yang saya kerjakan, selebihnya saya hati-hati aja.
Semboyan "dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung" dulu begitu mudah rasanya, namun lama-lama saya malas sekali dengan semboyan itu. Hahahaha, yah meski saya jadi bisa ngaco naek motornya karena di sini relatif ngaco juga cara orang berkendaranya.... Menurut pendapat saya, bukankah setiap orang harus saling menghormati? Tidak harus saya terus yang harus menyesuaikan diri bukan? Saya rasa Bukittinggi jauh lebih bisa menghargai bahwa pendatamg memiliki kultur dan kebiasaan yang sedikit berbeda dari kultur asli, mereka paham bagaimana pendatang harus menyesuaikan diri dulu tanpa menuntut untuk berperilaku seperti mereka, toh saya juga nggak bakalan berperilaku seperti mereka soalnya beda cara pikir, yang penting sya respect dan menyesuaikan diri pada hal-hal yang saya harus sesuaikan. Bukittinggi menjaga toleransi kepada pendatamg tanpa mengorbankan filsafat minang "adat basandi syara', syara' basandi kitabullah", di sini masih terjaga bagaimana pergaulan muda mudi dan lain-lain (sepengetahuan saya), padahal lingkungan di sini banyak hotel dan lokasi wisata. Semoga dapat selalu terjaga.
Beberapa hari yang lalu ada peluang dimana saya bisa pindah dari kondisi sekarang. Secara pindah tempat sangat lebih bagus dan dapat mebebaskan saya dari situasi ini, namun secara finansial dan masa depan belum membuat saya tidak yakin bahwa pilihan tersebut akan lebih baik, belum lagi siapa tahu Tuhan memang mentakdirkan saya di sini (huhuhuu, fighting), jadi saya memutuskan stay di kerjaan sekarang. Belajar berkontribusi dan memanage beban dan resiko yang ada pada saya saat ini.
Satu lagi, sabar terus karena untuk kuliah lagi begitu banyak peraturan baru yang selalu menghalangi saya, jadi saya mencoba untuk cari happiness dari kehidupan pribadi saya karena my self description is different with my job description, i'll do my job with my best but i'll live my own life that i want to!
Hal lain lagi, amanah di luar kerjaan, saya sedang belajar juga untuk ikhlas dan mengerjakan sebaik mungkin tanpa pengaruh perilaku orang lain yang menurut saya pribadi cukup annoying. But hey, please learn your very own social responsibility, hihi
Nah karena memelihara hewan sedih sekali rasanya ketika si hewan mati, saya mau nyoba bertanam lagi seperti hobi saya beberapa tahun ke belakang. Semoga itu juga bisa menjadi healing bagi alergi saya.
Sekian cerita nggak jelas dari saya, i'll learn to life again n again :)
Bismillah
0 komentar
Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar.
Love, Nia :)