Ketika saya mendapatkan penugasan untuk meliput teman-teman di instansi saya di KPP Pratama Ternate, saya berkesempatan untuk mengunjungi Pulau Tidore. Yeay jadi bisa sedikit mencicipi sensasi menyeberang pulau di Maluku Utara! Area layanan KPP Pratama Ternate berupa kepulauan yang panjang hingga mendekati paruh burung Cendrawasih Papua di peta. Tentang Tidore, beberapa orang biasanya bilang pada saya bahwa Tidore lebih sepi dari Ternate. Nggak ada apa-apa sepi, karena saya tak mencari keramaian. Malahan saya jadi makin excited untuk segera mengunjungi pulau Tidore, sekadar ke sana melihat bagaimana bentuk bangunan rumah penduduk dan aktivitas orang-orang di sana sudah membuat saya senang.
Siang itu saya dan teman-teman menuju Tidore dengan speedboat yang memakan waktu tempuh hanya sekitar 10 menit. Speedboat merupakan moda transportasi utama penghubung Pulau Ternate dan Tidore. Operasionalnya layaknya angkot, menunggu penuh baru berangkat. Karena keterbatasan alokasi waktu yang kami miliki, rekan saya dari KPP Ternate mencarter speedboat supaya bisa langsung menyeberang ke Tidore saat itu juga tanpa menunggu penuh.
Di dalam speedboat pemandangannya lumayan menarik. Ternate, Tidore, beserta pulau lain di sekitarnya selalu dikelilingi laut dan memiliki gunung. Jadi Tenate dan Tidore memiliki kesamaan, yakni sama-sama di antara gunung dan laut. Tengok kiri pemandangannya gunung, tengok kanan pemandangannya laut. Begitu pula sebaliknya ketika sedang mengemudi ke arah berlawanan.
Saat berada di dalam speed (sebutan khas masyarakat Ternate untuk speedboat), saya memperhatikan letak mesin dan bahan bakar speed. Melihat jerigen dari bahan dasar plastik yang berisi bahan bakar speed yang langsung dihubungkan dengan mesin yang menggerakkan speed, saya teringat obrolan dengan Kepala KPP Pratama Ternate sehari yang lalu.
Kami sempat berdiskusi mengenai keamanan moda transportasi antar pulau yang masih kurang. Jerigen plastik sangat rawan terbakar jika terkena percikan api dari mesin yang mudah panas. Apalagi jerigennya penuh dengan bahan bakar yang akan memperbesar percikan api menjadi bara api yang membahayakan. Bulan lalu ada kebakaran speed di Jailolo. Penyebabnya karena percikan api yang megenai jerigen berisi bahan bakar speed.. Dalam diam saya membatin, mengucap syukur karena hanya 10 menit di dalam speed. Namun saya sedih karena tidak bisa berbuat apa-apa tentang hal ini. Masyarakat setempat dan teman-teman saya sepertinya harus banyak-banyak berdoa setiap menaiki speed. Semoga teman-teman yang bertugas di sana dari rantau bisa segera kembali ditugaskan mendekati kampung halaman. Solusi apa ya kira-kira yang bisa dijadikan pilihan substitusi jerigen plastik untuk menampung bahan bakar speed?
Setibanya di Pelabuhan Tidore, kami mendapat kabar bahwa teman-teman dari KP2KP Tidore sudah dalam perjalanan menjemput, KP2KP merupakan kantor layanan dan penyuluhan pajak yang ada di kabupaten atau kota yang belum memiliki KPP Pratama. Jangan khawatir jika tak ada yang menjemput saat kalian ke Tidore, di pelabuhan banyak yang menawarkan jasa ojek, bentor dan tersedia pula angkot di luar pelabuhan.
Untuk mencapai Kota Tidore dari pelabuhan, dibutuhkan waktu sekitar 30 menit. Kami melapor dulu ke KP2KP dan bertemu dengan kepala kantornya yang batak sekali, piawai membuat suasana menjadi menyenangkan dan suka bercerita. Lalu kami mengikuti teman-teman dari Ternate yang menjalankan tugas. Sesekali saya mencuri waktu untuk mengambil foto suasana Kota Tidore yang sangat damai.
Bentor, Moda Transportasi Utama di Tidore
Becak motor sepertinya merupakan moda transportasi utama di Tidore. Kendaraan ini paling banyak berseliweran. Ketika sore menjelang, saya bertemu dengan Abang Bentor yang masih muda dan ramah yang hendak pulang. Rupanya sekitar pukul 5 sore semua kendaraan umum menyudahi aktifitasnya dan para pengemudinya sudah beranjak ke rumah masing-masing. Karena tak berkesempatan naik bentor di Tidore, saya iseng minta izin foto-foto bentor milik si abang tadi.
Istana Kesultanan Tidore
Ketika pekerjaan teman-teman saya selesai. Saya diantarkan ke Museum Kesultanan Tidore. Sayangnya istana sedang dala proses pemugaran, jadilah kami tak bisa masuk. Namun kami tetap mengabadikan momen di depan istana dan saya mencoba mengambil beberapa foto yang menampilkan kecantikan detail Istana Sultan Tidore yang megah tanpa berlebihan. Pemandangan depan istana adalah laut yang biru dan jernih.
Benteng Tahula
Dari istana saya diajak berkunjung ke Benteng Tahula yang ada di Soa Sio. Dahulu ketika Tidore masih menjadi bagian administratif dari Kabupaten Halmahera Tengah, ibukotanya ada di Soa Sio ini.
Benteng Tahula merupakan peninggalan bangunan dari Spanyol. Ketika Ternate dan Tidore dikenal dengan penghasil pala dan cengkeh yang melimpah, Ternate didatangi Portugis dan Tidore didatangi oleh Spanyol. Benteng ini cocok sekali untuk dijadikan sarana olahraga. Tangga yang harus dinaiki ada ratusan. Seperti tangga-tangga tinggi lainnya yang menjadi tempat wisata, ada mitos di sini bahwa jika kita menghitung berapa jumlah tangga yang ditapaki, maka hasil hitungan setiap orang akan berbeda.
Benteng Tahula merupakan peninggalan bangunan dari Spanyol. Ketika Ternate dan Tidore dikenal dengan penghasil pala dan cengkeh yang melimpah, Ternate didatangi Portugis dan Tidore didatangi oleh Spanyol. Benteng ini cocok sekali untuk dijadikan sarana olahraga. Tangga yang harus dinaiki ada ratusan. Seperti tangga-tangga tinggi lainnya yang menjadi tempat wisata, ada mitos di sini bahwa jika kita menghitung berapa jumlah tangga yang ditapaki, maka hasil hitungan setiap orang akan berbeda.
Setelah terengah-engah menapaki tangga, kami mendapati pemandangan yang menyegarkan dari atas Benteng Tahula. Terlihat dua kolam besar tak berair dari atas Tahula. Ternyata kolam itu bekas tempat penyimpanan ransum para tentara Spanyol. Saya mendapat infonya dari pegawai KP2KP Tidore yang merupakan warga lokal.
Kota Tidore, laut, dan pulau-pulau yang ada di sekitar Halmahera terlihat dari sini. Saya bersyukur sekali bisa mendatangi tempat nan elok ini. Memang saya tak menyelam di keindahan Pulau Kei dan tak mendaki Gunung Gamalama, tapi saya sangat menikmati hal-hal sederhana semacam menikmati pemandangan dari atas Tidore seperti ini. Karena matahari hampir terbenam, saya diajak turun untuk segera kembali menemui Pak Sahala, Kepala KP2KP Tidore yang sudah menunggu kami di tepi pantai.
Kota Tidore, laut, dan pulau-pulau yang ada di sekitar Halmahera terlihat dari sini. Saya bersyukur sekali bisa mendatangi tempat nan elok ini. Memang saya tak menyelam di keindahan Pulau Kei dan tak mendaki Gunung Gamalama, tapi saya sangat menikmati hal-hal sederhana semacam menikmati pemandangan dari atas Tidore seperti ini. Karena matahari hampir terbenam, saya diajak turun untuk segera kembali menemui Pak Sahala, Kepala KP2KP Tidore yang sudah menunggu kami di tepi pantai.
Rupanya kami sudah dipesankan Guraka, minuman khas Maluku Utara yang ada di Tenate dan Tidore. Minuman ini terbuat dari gula aren, jahe, dan kenari. Menyegarkan sekaligus menghangatkan. Cocok sekali dinikmati di pinggir pantai dengan angin sepoi-sepoi. Guraka biasanya disajikan dengan pisang goreng yang dipadukan dengan sambal roa.
Outfit saya saat di Tidore tentu saja mengikuti standar pakaian kerja. Hari Selasa artinya saya harus mengenakan batik. Namun saya memilih atasan dengan sedikit aksen tenun rangrang. Sengaja saya pilih karena cuttingnya yang loose, tipikal tunik kesukaan saya, supaya mudah bergerak.
Sore itu terasa sangat singkat, kunjungan saya ke Tidore memang sangat kilat. Tapi kehangatan masyarakat Tidore dan teman-teman dari KP2KP yang saya kunjungi membuat kunjungan ini begitu berkesan di hati saya. Rupanya kunjungan dengan interaksi langsung dengan warga lokal memang lebih asik.
Seru yaaa kalau ditugasin ke luar kota yg agak jauh gini. Anyway mba kl jam 5 aja abang bentor udah pada balik, berarti suasana sehabis maghrib disana sepi bgt kah?
ReplyDeleteIya jam setengah enam sore sudah sepi banget juga Retno :D
DeleteSaya selalu takjub dengan kota yang bercumbuan langsung dengan laut. Apalagi hasil percumbuan itu indahnya kayak gini: biru dan biru bertemu diselingi hijau. Yang lebih amboi, ketika berkendara kita bisa langsung melihat birunya laut. Vitamin sea yang HQQ
ReplyDeleteNengok kiri hijau nengok kanan biru, mata bebas minus kali ya di sana :D
Deletethe city looks beautiful!
ReplyDeletexoxo
style frontier
dines yang menyenangkan ya, apalagi sempet explore
ReplyDeleteBisa mampir2 dikit nih Ina :D
DeleteKak....terhura, berasa ikut ke tidpre bacanya....ternate tidore terkenal akan kesultanan nya yang berani, alamnya indah...semoga bisa keliling Indonesia one day.
ReplyDeleteBtw klo gie yg naik speed kudu bawa2 pelampung dong ya *anaknya penakut & blm bs berenang 😅
Ngga usah, lautnya cetek, wkwkwk
DeleteIni yang dulu kamu ceritain ya..Ke tidore tapi bukan event km..
ReplyDeleteBtw selalu salut ama temen-temen yang penempatan di lokasi yang jauh.. Masih semangat,, dan menurutku mereka keren.. Weww
Iya Mas, semoga pada lekas pindah dan gantian ya ;D
DeleteSuasananya bikin betah. Adem liatnya...
ReplyDeleteIya tenang banget gitu. Tapi kalau yang suka keramaian mungkin bakal kesepian :)
DeleteKondisi Tidore sangat nyaman ia, mungkin akses keluar pulau nya itu ia yg sulit ....
ReplyDeletesejuk dan Indah pemandangannya dekat pantai ..
Aksesnya gampang dengan speedboad 10 menit ke Ternate, nanti di Ternate dari pelabuhan ke bandara palingan 20 menitan. Nah kalau mobil keluarnya gimana mungkin menyesuaikan jadwal fery kali ya :)
Deletebentor nya lebih keren yach ketimbang yang ada di Medan. Istananya dan pemandangan alam nya pun cantik. Jadi ngiri pengen kesini dech Nia.
ReplyDeleteIya masih alami banget nih Mba Adel :D
Delete