Pages

Saturday, 13 February 2016

Naik-Naik ke Tebing Keraton

Awalnya saya sangat skeptis dengan viralnya sebuah tempat yang berada di ujung bukit yang dijadikan lokasi foto para muda mudi. Ngapain sih mereka ramai-ramai narsis di ujung bukit terjal yang membahayakan diri sendiri. Saya juga heran dengan nama tempatnya yang seolah sangat mistis, Tebing Keraton?! 

Pada suatu waktu ketika saya pergi berombongan bersama teman-teman. Saya cuma menolak ikut jika mereka hendak pergi ke Kawah Putih. Soalnya saya sudah pernah ke sana dan tempatnya jauh. Jadi pasti memakan waktu dan tidak akan sempat ke tempat lain yang belum pernah saya kunjungi, mendingan saya nggak ikutan aja. Ternyata mereka membatalkan niatan ke Kawah Putih, lalu saya pun ikut. Saya cuma tahu mereka akan ke Dusun Bambu.


Menuju ke Tebing Keraton

Ternyata setelah dari Dusun Bambu teman-teman saya berencana ke Tebing Keraton. Rute yang dilewati dari Lembang menuju ke Taman Hutan Raya Juanda melewati Lawangwangi. Jadi sekalian nostalgia romantisme pernah hujan-hujanan ke Lawangwangi dan menunggu hujan reda di sana sambil melihat-lihat karya seni.

Teman-teman saya cuma berbekal google maps saja untuk menuju Tebing Keraton. Tak satupun dari kami pernah ke sana dan bahkan teman saya tidak ada yang melakukan riset terlebih dahulu bagaimana medan untuk menuju Tebing Keraton. Meski begitu, mereka memilih jalan pintas yang ditunjukkan google maps. Kadang ketemu jalan kecil yang sepertinya tak layak dilewati mobil.

Meskipun deg-degan, saya percaya saja pada mereka. Saya memang jarang sekali travelling berombongan seperti ini karena malas ribet ngurusi orang atau harus bertanggung jawab atas rencana perjalanan. Nah, bepergian dengan mereka membuat saya terbebas dari hal itu. Mereka kadang sudah punya rencana pasti mau kemana, kadang juga tak tahu harus makan di mana dan akan menerima usulan kita dengan senang hati, kemudian makan di tempat yang kita rekomendasikan dengan suka cita. Bikin seneng kan?
Karena saya telat memberitahu untuk belok kiri setelah keluar dari jalan kecil ke Jalan Ir. H. Juanda, maka teman saya terlanjur belok kanan dan menyeberang. Sebenarnya dia masih bisa banting stir ke kiri tapi apa daya lalu lintas sangat padat dan kendaraan-kendaraan lain melaju dengan kencang. Jadi kami mengalah dan menunggu arus lalu lintas agak sepi kemudian berbalik arah. 

Gerbang menuju Tebing Keraton berbeda dengan Gerbang menuju Tahura. Masih lebih jauh gerbangnya Tebing Keraton.

Dalam perjalanan menuju gerbang masuk Tebing Keraton terdapat segerombolan pemuda yang terlihat bernegosiasi dengan mobil-mobil di depan kami. Rasa-rasanya ada yang kurang beres nih. Satu mobil terus melaju namun berbelok ke arah kanan yang sepertinya masuk area perumahan, lalu mobil lain berbalik arah sepertinya tak jadi ke Tebing Keraton.

Saat tiba giliran kami, ternyata mereka memberitahu jika jalan ke Tebing Keraton ditutup karena sedang ada perbaikan. Mereka meminta Rp 100 rb (atau Rp 200 ribu-lupa) jika kami mau dipandu mereka dari depan dengan motor. Sontak kami menolak, nggak mau rugi, hehehe.

Akhirnya kami sok tahu aja langsung belok kanan mengikuti mobil sebelumnya yang tak kelihatan. Kali ini saya yang mengarahkan dengan google maps. Jalanan yang harus kami lewati awalnya sangat meragukan. Kami melewati pinggiran kebun orang dan melewati jalan batu. Hingga akhirnya kami tiba di jalan beraspal yang cukup lebar.

Kami tidak menyangka google maps di Bandung sangat bisa diandalkan. Beberapa kali kami sempat bingung mau berbelok di mana, kemudian kami bertanya pada warga dan dijawab dengan ramah. Beberapa kali pula mobil yang kami naiki harus meraung-raung mendaki jalanan yang sangat terjal. Hingga akhirnya kami sampai di suatu areal parkir yang sepertinya disediakan masyarakat setempat. Mobil tak boleh naik, kami harus berjalan ke Tebing Keraton.

Saat itu sedang musim kemarau. Hujan tak kunjung turun padahal sudah bulan berakhiran ber ber. Kami dikerumuni abang-abang ojek yang dengan gigihnya menawarkan ojek. Saya lupa awalnya mereka memberikan tawaran harga berapa hingga akhirnya mereka menawarkan untuk menyewakan motornya pada kami. Awalnya mereka menawarkan Rp 50 ribu per motor. Kami terus berjalan sambil menutupi muka dengan tangan.

Saya menutup muka dengan jilbab. Debunya sangat tebal beterbangan di udara. Apalagi jika baru ada motor lewat. Orang jalan pun menebarkan debu. Rutenya menanjak sekali seperti trekking di gunung saja. Akhirnya setelah si abang-abang menawarkan Rp 30ribu per motor saya pun luluh dan menawarkan ke teman-teman apakah mereka mau sewa motor saja.

Lalu kami meminta harga yang sama untuk 3 motor lainnya. Jadilah kami menyewa motor untuk menuju puncak tebing keraton. Medannya benar-benar susah. Salah satu motor sewaan bermerk Vega kesusahan daiajak menanjak hingga teman kami yang berboncengan harus turun dan jalan kaki. Jadi kalau mau sewa motor pilih-pilih juga ya kalau berboncengan dan orangnya besar-besar. 

Saat itu jalan menuju tebing keraton sudah ada yang dibeton namun belum selesai, semoga sekarang sudah selesai untuk mempermudah akses para pengunjung.

Tebing Keraton

Sesampai di gerbang, kami harus berjalan dulu untuk sampai tebing fenomenal itu. Ternyata bagus sekali pemandangan di sana. Bahkan di musim kemarau seperti ketika saya berkunjung kemarin, pemandangannya masih sangat hijau. Saat itu hari menjelang sore, jadi mataharinya bagus sekali untuk berfoto. Namun demikian untuk foto sedikit sulit karena ramai pengunjung. Jadi harus bergantian atau tunggu-tungguan dengan pengunjung lain untuk mendapatkan lokasi foto terbaik. Saat itu Tebing Keraton telah berpagar rapi, tidak seperti saat tempat ini baru menjadi terkenal. Jadi kesannya sudah lebih aman.
Teman-teman saya ada yang foto di tempat yang pernah membuat saya mengernyitkan dahi dan berpikir ngapain foto di situ. Ehhem ternyata bagus sih hasil fotonya. Lalu saya pun mendapatkan giliran terakhir untuk berfoto di bebatuan tebing ini. Makanya jangan sok skeptis dan kometar sembarangan niaa.. Haha...
Alih-alih foto, saya lebih suka menikmati pemandangan di sekeliling tebing ini. Jadi ingat Sumatera Barat deh (gagal move on dari tempat yang pernah dibenci, haha). Saya membayangkan kondisi di sana saat ini mungkin jalanannya jadi sangat licin. Namun pemandangan hijaunya yang tadinya sedikit berdebu pasti kini semakin segar.
Suatu saat nanti mungkin saya akan berkunjung ke sini lagi :)

Notes:
-Tiket masuk: 
WNI Rp 11.000
WNA Rp 56.000
-Parkir:
Mobil : Rp 10.000
Motor : Rp 5000
-Jam Operasional: 05:00 s.d. 18:00 

-Jika tidak biasa berjalan kaki jauh dengan rute yang menanjak, sebaiknya sewa motor atau naik ojek atau bawa motor sendiri saja. Kalau ke Tebing Keraton naik mobil, pilihannya silakan diukur sendiri kira-kira kuat nggak berjalan kaki agak jauh dengan rute menanjak begitu. Jaraknya dari tempat parkir mobil sekitar 2 km. Namun jika pergi ramai-ramai dengan membawa bekal camilan dan minuman yang cukup maka rute tersebut bisa jadi tak terasa beratnya.

-Jika membawa kendaraan sendiri sebaiknya dicek dulu supaya tidak bermasalah di tengah jalan yang terus menanjak. Karena bisa jadi jarang orang lewat dan akan repot jika tidak ada orang yang menolong. Untuk yang bawa motor sendiri parkir di atas saja, dekat gerbang masuk Tebing Keraton.

-Bawa air mineral secukupnya. 
-Pilih pakaian yang nyaman dan menyerap keringat. No high heels or wedges!
-Buang sampah pada tempatnya.

Maaf ya postingan kali ini semua foto ada orangnya dan kurang foto pemandangan, soalnya kamera saya habis baterai jadi ambil foto dari kamera teman-teman. Jangan lupa follow instagram saya di @nianastiti untuk update perjalanan yang belum sempat saya post di blog. Have a good day :)
Jika ada yang kurang jelas mungkin bisa mampir ke Blognya Pergidulu.com tentang pertanyaan-pertanyaan seputar Tebing Keraton.

12 comments:

  1. aduuh Nia, gamang deh lihat foto2 di pinggir tebing begitu
    entahlah berani apa nggak datang ke sana he..he...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi awalnya emang yang agak takut2 gitu Mba Monda, tapi akhirnya nagih juga soalnya bagus viewnya :D

      Delete
  2. Ini adikku pernah kesana jaman belum dipagerin. Ngeri - ngeri sedap katanya. Hahaha...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kebayang Mba Ayuu, huhu.. Soalnya sekeliling tu curam banget. Tapi meski dipagerin, ini aja pada lompat pager buat poto. Haha

      Delete
  3. Ini tempat yang memang lagi hits itu ya.
    Saya belum pernah ke sana nih, belum jadi-jadi....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masih hits juga ya tempat ini? Hihi. Jadiin aja Mba, pemandangannya bagus :)

      Delete
  4. Penasaran tapi belum mungkin klo ajak ucul yg masih balita. Nanti aja deh klo mau pacaran, hahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Butuh perjuangan Mba, hihi iya pas bedua aja :)

      Delete
  5. Perjalanan yang panjang ya kak? untung ada google maps ya mbak? kalau nggak ada nggak bisa membayangkan deh nyasar kemana - mana.... Memang dari Dusun Bambu ke Tebing Keraton ini dekat ya Kak???

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jauh Mba, dr Lembang gitu. Hehe. Sejam lebih sih. Iya alhamdulillah ada google maps :D

      Delete
  6. Tebing Keraton ini pemandangannya bagus, dekat kota, akses lumayan gampang pula. Kapan-kapan pengen kesana lagi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama pengen ke sini lagi soalnya kmrn pas kemarau berdebu gitu. Pengen lihat pas hijau2nya. Sekarang jalan ke sini udah bagus ya :D

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar.
Love, Nia :)