Ada apaan sih di Tanjung Balai kok sampai jauh-jauh mau ke sana?
Itulah pertanyaan yang banyak saya dapatkan dari rekan-rekan yang kebetulan menanyakan saya akan kemana setelah dari Batam. Kebanyakan rekan saya memilih ke Singapura karena lokasi kami di Harbour Bay, tinggal nyebrang aja bentar udah sampai deh di Harbour Front, hihi jadi banyak yang kagum sama saya yang malah pilih ke pulau kecil yang tidak seheboh Bintan dalam hal pariwisatanya.
Menuju ke Tanjung Balai Karimun melalui Pelabuhan Domestik Sekupang dengan tergesa karena teman saya terdelay pesawat ke Batamnya, sudah sangat mepet dengan jadwal ferry, walaupun ketika ke Bintan sudah mengalami teriakan penjual loket, tetep aja kaget dan bingung kala menghadapinya lagi di Sekupang, errr.... Akhirnya ngasal aja dahh. Ferrynya lebih gede dari yang ke Tanjung Pinang namun tidak sekinclong yang ke sana. Rupanya ferry ini melayani trayek yang cukup jauh sampai ke Bengkalis dan Selat Panjang sana makanya lebih gede. Kru nya hampir semua keturunan Cina. Pasti terasa aneh bagi orang luar Sumatera karena biasanya di daerah lain keturunan Cina punya usaha sendiri, tapi bagi pembaca Laskar Pelangi pasti sudah merasa nggak aneh dong yah :)
Pukul 17.00 kami mendaratkan kaki ke Pulau Tanjung Balai Karimun, dengan ngasal kami keluar mengikuti orang-orang, padahal jalan keluar utamanya bukan itu, jadi sempat membingungkan tim penjemput, haha. Nuansa Melayu langsung terasa dari tawaran sopir angkot dan tukang ojek yang menawarkan jasanya, kami menjawab dijemput dan justru diajak ngobrol. Tak lama Jeung Su dengan senyum merekahnya telah muncul di hadapan kami. Oiya dari Batam saya hanya berdua dengan Indhiy yang udah ada di post Jembatan Barelang Batam kemarin.
Kami menginap di Hotel Maksimilian, kata Jeung Su hanya ada dua hotel bagus di Karimun, Maksimilian salah satunya. Saya dan Indhiy sangat puas dengan room dan kamar mandinya yang luas, Indhiy malah ekstra puas dan jatuh hati sama bed hotel ini ._., Jeung Su dengan baiknya meninggalkan kami untuk beristirahat sejenak memulihkan tenaga, ba'da maghrib kami akan diajaknya jalan (sebenernya Jeung Su balik kantor karena belum absen, wakakaa :p)
Saya dan Indhiy pun melampiaskan kehiperaktifan kami dalam room yang keemasan itu :p
Malam itu kami habiskan dengan kuliner, yang sangat berlebihan dan nggak habis. Saya merekomendasikan gonggong ke Indhiy namun ternyata alot, beda banget dengan di Tanjung Pinang, huhu.. Kami mencoba berbagai makanan yang asing bagi kami, masakan cina deh pokoknya
Itulah pertanyaan yang banyak saya dapatkan dari rekan-rekan yang kebetulan menanyakan saya akan kemana setelah dari Batam. Kebanyakan rekan saya memilih ke Singapura karena lokasi kami di Harbour Bay, tinggal nyebrang aja bentar udah sampai deh di Harbour Front, hihi jadi banyak yang kagum sama saya yang malah pilih ke pulau kecil yang tidak seheboh Bintan dalam hal pariwisatanya.
Menuju ke Tanjung Balai Karimun melalui Pelabuhan Domestik Sekupang dengan tergesa karena teman saya terdelay pesawat ke Batamnya, sudah sangat mepet dengan jadwal ferry, walaupun ketika ke Bintan sudah mengalami teriakan penjual loket, tetep aja kaget dan bingung kala menghadapinya lagi di Sekupang, errr.... Akhirnya ngasal aja dahh. Ferrynya lebih gede dari yang ke Tanjung Pinang namun tidak sekinclong yang ke sana. Rupanya ferry ini melayani trayek yang cukup jauh sampai ke Bengkalis dan Selat Panjang sana makanya lebih gede. Kru nya hampir semua keturunan Cina. Pasti terasa aneh bagi orang luar Sumatera karena biasanya di daerah lain keturunan Cina punya usaha sendiri, tapi bagi pembaca Laskar Pelangi pasti sudah merasa nggak aneh dong yah :)
Pukul 17.00 kami mendaratkan kaki ke Pulau Tanjung Balai Karimun, dengan ngasal kami keluar mengikuti orang-orang, padahal jalan keluar utamanya bukan itu, jadi sempat membingungkan tim penjemput, haha. Nuansa Melayu langsung terasa dari tawaran sopir angkot dan tukang ojek yang menawarkan jasanya, kami menjawab dijemput dan justru diajak ngobrol. Tak lama Jeung Su dengan senyum merekahnya telah muncul di hadapan kami. Oiya dari Batam saya hanya berdua dengan Indhiy yang udah ada di post Jembatan Barelang Batam kemarin.
Kami menginap di Hotel Maksimilian, kata Jeung Su hanya ada dua hotel bagus di Karimun, Maksimilian salah satunya. Saya dan Indhiy sangat puas dengan room dan kamar mandinya yang luas, Indhiy malah ekstra puas dan jatuh hati sama bed hotel ini ._., Jeung Su dengan baiknya meninggalkan kami untuk beristirahat sejenak memulihkan tenaga, ba'da maghrib kami akan diajaknya jalan (sebenernya Jeung Su balik kantor karena belum absen, wakakaa :p)
Saya dan Indhiy pun melampiaskan kehiperaktifan kami dalam room yang keemasan itu :p
Indhiy beraksi :p |
Toiletries hotelnya keren, ini diembat Indhiy semua, ups :p |
salah satu sudut hotel |
Pemandangan dari balkon hotel keesokan harinya |
various chinese foods sooo yummy :p |
Karena super kekenyangan kami pun mengantuk dan mulai gak nyambung diajak ngobrol bahkan saya sempet ketiduran waktu diajak keliling pulau, dudududu (udah diguidin aja masih nggak tau diri, wkwkwk)
Paginya kami sarapan di outdoornya hotel, romantis banget tempatnyaah :)
Puas sarapan dan belum dijemput guide terunyuh, Jeung Su, kami pun berjalan kaki menikmati pagi di Tanjung Balai yang ternyata sudah sangat terik, kami melihat banyak toko yang baru buka dan para penduduk yang memang kebanyakan keturunan Cina sedang sembahyang menghormati leluhur dan membakar uang kertas untuk leluhurnya dengan tujuan agar bisnis mereka lancar dan mendapat dukungan.
Baru berjalan sekitar setengah kilometer kami menemukan sebuah Vihara yang bagus sekali, namanya Tampekong, sedang ada yang sembahyang jadi saya tidak mampir ke dalamnya, kebetulan selesai berfoto Jeung Su sudah muncul :p
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar.
Love, Nia :)