Alhamdulillah saya puas rasanya sudah membagi semua cerita perjalanan
Padang-Palembang-Bangka-Belitung-Bangka-Jakarta-Padang...
Perjalanan diawali dari Kota Padang. Jam 2 siang sudah dijemput travel, artinya saya pulang cepat dari kantor, kena potongan deh, huhuhu. Lama perjalanan dengan travel ke Palembang sekitar 14 jam mestinya, tp travelnya
mengalami pecah ban 2x.. wakakkaa...setiap kali pecah ban berhenti sekitar 2 jam. Pecah ban pertama di Kabupaten Dharmasraya, lamaa nunggu benerinnya. Perjalanan dilanjutkan lagi dan akhirnya kami menikmati makan malam dan sholat jama' magrib dan isya' sembari mengendorkan otot2 yang tegang duduk terus dari siang sampai malam.
Ternyata bisa juga saya tidur di travel itu, bangun2 sudah ujung kota Jambi yang mau masuk jalan luar ke Palembang, lumayan lama tidurnya. Mungkin ini karena travelnya cuma berisi 5 orang, jadi longgar dan lumayan nyaman.
Pagi yang cerah, kami sudah memasuki luar Kota Palembang dan kebetulan pecah ban lagi, dari sekitar pukul 6-8 pagi kami menunggu ada kru travel yang sama yang akan lewat dan memberikan ban cadangannnya. Karena sudah terlalu lama akhirnya pak supir mencari bengkel terdekat dengan mencopot roda yang pecah tadi, kebetulan sebelum dapat angkutan ada seorang bapak yang baik yang mengantarkan ke bengkel, menemani dan mengaantar kembali pak Supir ke tempat kami, hehehe, selalu ya kita tetap mendapatkan keberuntungan dalam sebuah musibah :D
Sampai pool travelnya sudah cukup siang sehingga travel sudah tidak mau mengantar kami ke hotel. Rombongan kami kebetulan berbarengan dengan rekan sekantor saya yang pulang kampung ke Palembang, jadi dia dijemput keluarganya, kami ikut diantar mencari hotel sampai berputar-putar berkali-kali kemudain dibelikan tiket jetfoil dan travel2 yang mengantarkan perjalanan kami setelah meninggalkan Palembang.
Kami jalan2 seharian setelah istirahat sejenak di Palembang, keesokan harinya ke Boombaru, sampai
Muntok langsung lanjut travel lagi ke Pangkal Balam, dihajar terus
dengan jetfoil berikutnya ke Pelabuhan Laskar Pelangi dan berlanjutlah cerita yang saya post di Belitung dan Pulau Lengkuas.
Keesokan hari setelah snorkling, kami menuju Pelabuhan Laskar Pelangi
menuju Pangkal Balam, saya sakit perut parah jadi lemas, teman-teman juga semua kecapekan karena jadawal kami yang padat. Kami kembali menikmati kota Bangka,
kuliner mie Soba kemudian ke Bandara.
Kami mengalami delay selama 5 jam
saat menunggu pesawat tujuan Pangkal Pinang-Cengkareng, semua penumpang
ngamuk, saya sendiri yang kehilanagan tiket Jakarta-Padang hanya bisa
bersabar. hiks, penerbangan jam 15.00 terdelay sampai hampir pukul
21.00, sesampainya di Jakarta teman-teman saya langsung pulang naik
taksi ke alamat masing2, sedangkan saya harus re-schedule tiket
Jakarta-Padang, saya agak heran pesawat ke Padang saat itu masih ada
yang belum terbang tapi saya tidak diikutkan dalam penerbangan itu, justru
diberi jadwal paling pagi keesokan harinya, hiks. Boarding pass saya
diminta tanpa kepastian kapan diberikan dan tanpa jaminan tadi siapa
yang mengambil. Saya diantarkan ke VIP room, saya lagi-lagi heran begitu terhormatnya kah saya sampai diantar, dan ternyata saat itu di tempat check in yang dekat
ruang VIP sekumpulan orang yang kebanyakan dari Indonesia Timur sedang
marah-marah kepada pramugari dan pilot, mereka mencaci habis-habisan.
Kasihan sekali kru Lion air semua juga menjadi korban luapan emosi pada malam itu.
Saya kembali ke ruang VIP dan melihat berita di detik.com, ternyata
kejadian tadi berujung penyanderaan pilot.
Saya sangat mengerti
kemarahan orang-orang tadi, mereka pasti sudah terdelay lebih lama dari
saya di situ. Bahkan ada seorang Bapak yang tiket dari Bali ke Australianya hangus
karena Lion air Jakarta-Bali delay tak tentu, dari sebelumnya katanya
diberangkatkan jam 9 malam terus beruabah, sehinga si Bapak yang tadinya
mau beli tiket maskapai lain mengurungkan niatnya, sampai akhirnya ter
delay2 terus dan sudah tidak sempat mengejar dengan maskapai apa pun.
Saya di VIP room sampai jam 1 dini hari, kebetulan mengobrol
dengan Bapak-Bapak yang masih agak muda, lagi2 beliau sekampung dengan
saya dari Purworejo, kebetulan kami satu almamater SMA jadi ada banyak bahan
obrolan, sebelumnya saya sempat mengajak ngobrol dan menanyai Bapak-Bapak dari Indonesia
Timur tapi saya gak ngerti bahasa si Bapak.
Sekitar pukul 00.30 kami dibagi dalam
beberapa grup, diantar mobil Lion air menuju hotel apa gitu saya lupa,
jam 4 pagi sudah dijemput lagi, rasanya pusing bukan kepalang, padahal
gak bisa langsung tidur karena saya sekamar dengan orang asing, tapi
karena kami agak sebaya jd tidak terlalu sungkan, saya mandi jam 2, jadi
ketika jam 4 dijemput saya cuma cuci muka doank. Sampai bandara saya
langsung menuju Customer Service Lion air untuk minta boarding pass saya
yang tadi malam diminta entah siapa, setelah agak lama dan di situ ada
Bapak2 yang marah2 juga karena terdelay dari siang sampai akhirnya baru
terbang dari Pekanbaru pukul 02.00 dini hari.
Untungnya kru Lion Air kooperatif dengan saya yang sepertinya
satu2nya penumpang yang tidak marah, tentu saja saya tidak marah karena tidak punya cukup energi setelah sakit perut dan saat di jetfoil berdiri di luar karena udara dingin sangat tidak nyaman bagi saya yang sedang kurang sehat. Customer Service yang sepertinya
paling tinggi jabatannya di situ mengantar saya agar saya tidak perlu
membayar pajak bandara lagi. Ibu muda itu menangis saat menceritakan ke
saya bagaimana hampir semua penumpang marah-marah dan mencaci mereka,
padahal kekacauan tersebut murni dari pihak manajemen. Yah, kasihan
sekali petugas lapangannya Lion Air.
Di boarding room saya melihat 2 pejabat dari kantor saya, argh saya ingin menyapa mereka tapi dengan keadaan saya yang amburadul saya memilih ngumpet, berusaha agar mereka ga liat saya, wakakkaa. Jadi ketika gate di buka saya langsung jalan paling depan, masuk pesawat dan duduk langsung nunduk baca majalah Lionmagz. hahaha konyol banget. Setelah pesawat take off saya celingak-celinguk mencari dua Bapak tadi, yang satu tenyata di kanan saya tapi persisi satu bangku lebih di depan. Hadeuh untung beliau tidur jadi saya tidak perlu menunduk terus :p
Kekonyolan berikutnya terjadi saat turun dari pesawat, saya dan si Bapak tadi sama2 duduk di gang jadi mudah keluar, saat penumpang mulai berdiri mengambil bagasi saya langsung mengambil ransel saya kenakan di depan kemudian kardus kecil berisi oleh-oleh dari Bangka saya letakkan di atas ransel jadi menutup muka saya, wakakkaa, alhasil mirip robot. Setelah berhasil turun saya makin cemas, karena taxyway bandara yang luas sangat tidak memungkinkan saya untuk sembunyi lagi. Saya terdiam sebentar mencari dua Bapak tadi, sempat panik karena depan saya persis ada Bapak-Bapak lain yang gesturenya persis dengan atasan saya tadi. Fiuhh ternyata bukan, beliau berdua sudah berjalan jauh di depan saya. Jadi saya jalan pelan-pelan menuju pintu keluar. Kedua Bapak dijemput sopir kantor, saya tahu mereka minta jemput pasti karena tidak mau terlambat masuk kantor, sedangkan saya terpaksa naik DAMRI yang lamanya minta ampun dan pasti telat. Pasrah lah sayah, toh udah lemes inii..
Saya tidak bisa menyimpulkan klimkas perjalanan ini ada di mana, pas hepi2nya atau waktu banyak cobaan.
Tapi itulah yang namanya perjalanan, ada senang ada susahnya :p
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar.
Love, Nia :)