Siang ini saya ingin sedikit menungkan isi kepala saya ke dalam tulisan.
Tentang persahabatan. Eh mungkin juga pertemanan. Inti sebenarnya ya tentang kehidupan :)
Sewaktu kecil sampai SMP saya tidak menyadari fenomena pembedaan antara "teman" dan "sahabat", saat itu bagi saya semua "teman", ayok bareng-bareng bebas mau ke sini sama si ina ke sana sama si ita, its fine and fun-fun aja. Memang kadang kita tak sengaja maunya maen sama yang kita merasa cocok, misalnya yang anaknya gak nakal.
Ketika saya masih SMA saya berkenalan dan mempercayai perbedaan arti antara "teman" dan "sahabat", dimana teman adalah orang yang kita kenal dan kadang kala kita berintraksi dalam kegiatan yang sama entah karena satu kegiatan atau karena tetangga rumah atau teman di sekolah. Mereka mengenal kita dari luarnya saja, mereka taunya kita asik atau gak, pinter apa biasa-biasa aja, jutek apa suka becanda, dan lain-lain.
Sedangkan sahabat pada saat itu menurut saya adalah seseorang yang sangat mengerti kita, istilahnya sampai ngerti luar dalem,...Sahabat adalah teman yang lebih banyak berinteraksi dengan kita, kadang kita menceritakan masalah pribadi kita ke mereka begitu pula sebaliknya. Biasanya interest kita dengan sahabat sama, jadi sering nongkrong bareng dan kadang kontinyu menjadi suatu kelompok yang sering melakukan beberapa hal bersama.
Ketika ada pembedaan makna antara teman dan sahabat, saya sedikit menyadari bahwa saat kita disebut remaja, kita mulai mempunyai suatu ruang yang disebut privasi yang mana kita hanya mengizinkan orang yang menurut kita nyaman bagi diri kita untuk masuk ke dalam ruang itu. :)
Sampai sekarang saya masih berhubungan dan berkomunikasi dengan sahabat-sahabat SMA saya, hal ini membuat saya merasa sangat beruntung pernah sahabatan dan kemana-mana bareng dengan mereka :')
Saat kuliah di mana saya dan sahabat-sahabat SMA saya menempuh jalan yang berbeda, kami masih kontak, di lingkungan baru masing-masing ada yang menemukan sahabat2 baru lagi, namun pada waktu tertentu kami masih sering berkumpul dengan sahabat SMA :)
Sedangkan saya saat kuliah, saya memang punya banyak teman yang entah bisa disebut sahabat atau tidak karena ada beberapa hal yang kadang saya bagi dengan si A, kemudian hal lain saya bagi dengan si B, tapi malah saya sering ngumpul dan jalan bareng D, E dan F, hoho. Jadi beda-beda gitu. Karena saat itu interest saya banyak, kegiatan saya banyak, jadi ada teman berorganisasi, ada teman sekostan, ada teman di kelas, ada teman di jurusan, dan ada teman di kampus, dan yang paling eksis tentu saja teman nongkrong. Lagi-lagi nongkrong yah, mungkin itu salah satu budaya yang saya cocok jd saya suka melakukannya. Asalkan ngumpulnya bukan untuk menjelek-jelekkan orang lain pokoknya saya pasti betah :)
Sejak saat itu saya menyadari bahwasannya "sahabat" tidak akan sama dengan harapan di benak kita, belum tentu akan seperti harapan kita, karena setiap orang bebas bertindak dan bepikiran sesuai kemauan dan kepentingan dirinya masing-masing. Saat itu saya bertanya-tanya apa benar saya masih punya sahabat. Hahaha, karena kebebasan yang saya berikan itu, alhamdulillah saya masih punya banyak teman dekat yang sampai sekarang masih sering berkomunikasi, mereka tersebar di seluruh Indonesia. Banyak yang udah merit, bahkan sudah punya baby.. aaa pengeenn...smg segera menyusul amin.
Mungkin teman-teman dekat itu adalah yang perlu saya sebut "sahabat"
Dan sekarang saya berada di sini, awalnya ngekost dan kemudian mengontrak rumah. Saya sungguh sangat keras belajar untuk mengatasi semua ujiannya dengan baik. Di situlah saya menemukan, ketika umur kita bertambah dan kita benar-benar telah harus hidup sebagai bagian dari masyarakat, apalagi kebetulan bukan di daerah asal kita, betapa kita tidak boleh berharap banyak atas perilaku orang lain terhadap kita, betapa kita harus senantiasa memberikan yang terbaik dan berperilaku sebaik mungkin yang sesuai norma kesopanan dan norma kesusilaan yang berlaku di situ tanpa mengharapkan orang lain akan berlaku sama, dan kemudian poin utama yang saya temukan adalah kita harus bisa hidup dengan siapa saja, entah orang itu menyebalkan atau tidak cocok dengan kita. Semakin bertambah umur, tidak bisa lagi memilih teman dengan penghindaran like n dislike, we have to accept it, telan bulat2, dan lakukan lagi yang terbaik, tapi jangan lupa bersenang-senang dan tertawa, karena ketika kita berhenti dari banyak tawa artinya kita sudah tua, ah saya kan belum, yuk ahh ketawa, hahahahaaaaa
Tentang persahabatan. Eh mungkin juga pertemanan. Inti sebenarnya ya tentang kehidupan :)
Sewaktu kecil sampai SMP saya tidak menyadari fenomena pembedaan antara "teman" dan "sahabat", saat itu bagi saya semua "teman", ayok bareng-bareng bebas mau ke sini sama si ina ke sana sama si ita, its fine and fun-fun aja. Memang kadang kita tak sengaja maunya maen sama yang kita merasa cocok, misalnya yang anaknya gak nakal.
Ketika saya masih SMA saya berkenalan dan mempercayai perbedaan arti antara "teman" dan "sahabat", dimana teman adalah orang yang kita kenal dan kadang kala kita berintraksi dalam kegiatan yang sama entah karena satu kegiatan atau karena tetangga rumah atau teman di sekolah. Mereka mengenal kita dari luarnya saja, mereka taunya kita asik atau gak, pinter apa biasa-biasa aja, jutek apa suka becanda, dan lain-lain.
Sedangkan sahabat pada saat itu menurut saya adalah seseorang yang sangat mengerti kita, istilahnya sampai ngerti luar dalem,...Sahabat adalah teman yang lebih banyak berinteraksi dengan kita, kadang kita menceritakan masalah pribadi kita ke mereka begitu pula sebaliknya. Biasanya interest kita dengan sahabat sama, jadi sering nongkrong bareng dan kadang kontinyu menjadi suatu kelompok yang sering melakukan beberapa hal bersama.
Ketika ada pembedaan makna antara teman dan sahabat, saya sedikit menyadari bahwa saat kita disebut remaja, kita mulai mempunyai suatu ruang yang disebut privasi yang mana kita hanya mengizinkan orang yang menurut kita nyaman bagi diri kita untuk masuk ke dalam ruang itu. :)
Sampai sekarang saya masih berhubungan dan berkomunikasi dengan sahabat-sahabat SMA saya, hal ini membuat saya merasa sangat beruntung pernah sahabatan dan kemana-mana bareng dengan mereka :')
Saat kuliah di mana saya dan sahabat-sahabat SMA saya menempuh jalan yang berbeda, kami masih kontak, di lingkungan baru masing-masing ada yang menemukan sahabat2 baru lagi, namun pada waktu tertentu kami masih sering berkumpul dengan sahabat SMA :)
Sedangkan saya saat kuliah, saya memang punya banyak teman yang entah bisa disebut sahabat atau tidak karena ada beberapa hal yang kadang saya bagi dengan si A, kemudian hal lain saya bagi dengan si B, tapi malah saya sering ngumpul dan jalan bareng D, E dan F, hoho. Jadi beda-beda gitu. Karena saat itu interest saya banyak, kegiatan saya banyak, jadi ada teman berorganisasi, ada teman sekostan, ada teman di kelas, ada teman di jurusan, dan ada teman di kampus, dan yang paling eksis tentu saja teman nongkrong. Lagi-lagi nongkrong yah, mungkin itu salah satu budaya yang saya cocok jd saya suka melakukannya. Asalkan ngumpulnya bukan untuk menjelek-jelekkan orang lain pokoknya saya pasti betah :)
Sejak saat itu saya menyadari bahwasannya "sahabat" tidak akan sama dengan harapan di benak kita, belum tentu akan seperti harapan kita, karena setiap orang bebas bertindak dan bepikiran sesuai kemauan dan kepentingan dirinya masing-masing. Saat itu saya bertanya-tanya apa benar saya masih punya sahabat. Hahaha, karena kebebasan yang saya berikan itu, alhamdulillah saya masih punya banyak teman dekat yang sampai sekarang masih sering berkomunikasi, mereka tersebar di seluruh Indonesia. Banyak yang udah merit, bahkan sudah punya baby.. aaa pengeenn...smg segera menyusul amin.
Mungkin teman-teman dekat itu adalah yang perlu saya sebut "sahabat"
Dan sekarang saya berada di sini, awalnya ngekost dan kemudian mengontrak rumah. Saya sungguh sangat keras belajar untuk mengatasi semua ujiannya dengan baik. Di situlah saya menemukan, ketika umur kita bertambah dan kita benar-benar telah harus hidup sebagai bagian dari masyarakat, apalagi kebetulan bukan di daerah asal kita, betapa kita tidak boleh berharap banyak atas perilaku orang lain terhadap kita, betapa kita harus senantiasa memberikan yang terbaik dan berperilaku sebaik mungkin yang sesuai norma kesopanan dan norma kesusilaan yang berlaku di situ tanpa mengharapkan orang lain akan berlaku sama, dan kemudian poin utama yang saya temukan adalah kita harus bisa hidup dengan siapa saja, entah orang itu menyebalkan atau tidak cocok dengan kita. Semakin bertambah umur, tidak bisa lagi memilih teman dengan penghindaran like n dislike, we have to accept it, telan bulat2, dan lakukan lagi yang terbaik, tapi jangan lupa bersenang-senang dan tertawa, karena ketika kita berhenti dari banyak tawa artinya kita sudah tua, ah saya kan belum, yuk ahh ketawa, hahahahaaaaa
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar.
Love, Nia :)