Pages

Sunday, 26 February 2012

Mendaki Gunung Singgalang Part1

Assalamualaikum, 
Bagi yang berencana mendaki Gunung Singgalang bisa membaca post saya tentang Cantiknya Perjalanan Menuju Gunung Singgalang ya. Transportasi menuju Gunung Singgalang cukup mudah, bagi pendaki yang tidak membawa kendaraan pribadi, untuk menuju singgalang bisa naik angkot hingga pos 1. Pos tersebut merupakan pos pertama di Kaki Gunung Singgalang, sekaligus tempat melapor dan tempat untuk mendapatkan izin mendaki. 

Sedangkan bagi yang membawa kendaraan pribadi dapat memarkir kendaraannya di salah satu kantor pengelola Relay Station beberapa Televisi. Hanya perlu perizinan dari securitynya dan tentunya kita juga perlu memberikan tips sebagai wujud terima kasih karena mereka sudah menjaga kendaraan kita. Kami memarkin kendaraan di Relay Station TVRI karena guide kami kenal dengan salah satu pegawai di sana. Bisa juga menitipkan mobil di pos 1 karena di sana terdapat beberapa petugas penjaga perizinan gunung. Tapi jalan dari pos 1 hingga di area yang banyak relay stationnya ini cukup jauh.

Nah ini pemandangan yang berhasil saya capture dalam perjalanan dari pos 1 hingga relay station TVRI:

Pos 1
Kami mulai berjalan kaki dari Relay Station TVRI sekitar pukul 12 siang. Belum ada satu jam sejak pendakian, entah kenapa nafas saya sudah pendek2 dan mudah ngos-ngosan. Bahkan kata teman-teman saya, wajah saya sudah pucat. Padahal baru sampai zona 1-nya Singgalang nih, masih di jalan tanah yang diapit ilalang-ilalang. Senior saya yang pernah ke sana tahun 2010 dulu mendaki area ini dengan merangkak karena tidak ada space untuk berjalan dengan berdiri. Alhamdulillah ketika saya mendaki Januari 2012 kemarin hanya perlu menunduk sesekali karena khawatir carrier kami nyangkut. Tips untuk zona ini: bawa parang, jadi kalau ada ilalang atau semak belukar yang rimbun dan agak menutup atau mengganggu jalan, tinggal dibabat dulu ilalangnya, jadi teman-teman di belakang jadi gak repot lagi deh. Beruntung guide kami membawa parang. Kami semua nggak kepikiran tentang parang untuk membabat semak.

Dengan kondisi seperti yang saya sebutkan tadi, saya paksakan terus berjalan, lama2 makin ga enak badan, saya minta berhenti, dan efek lado hijau di pagi hari pun mulai terasa. Karena lemes dan pucat, carrier saya dibawain temen. Jadi enak deh. Setelah muntah sedikit, saya merasa enakan dan kembali prima untuk mendaki. Tapi carrier saya terus dibawakan teman sampai turun gunung. Untuk menghormati jasa beliau-beliau ini, saya akan sebutkan nama lengkapnya. Saat naik yang membawakan carrier saya adalah Saudara Dhani Iskandar, dan saat turun oleh Saudara Dwiwanto Amirfata atau nama bekennya FATA. Sungkem sama mereka beduaa. Terima kasih samapta bea cukai yang telah menggembleng mereka menjadi kuat dan setia kawan XD
Sebenarnya bukan saya doang yang lambungnya terkena dampak ketamakan kami dalam melahap lado hijau, Bang Rian juga mengalami hal yang sama, tapi dia tetep bawa carriernya sendiri sampai turun, padahal carrier dia yang paling besar diantara kami semua. Saluut banget deh, soalnya body beliau juga sudah cukup berat plus carrier yang segede gaban gitu, nggak kebayang gimana rasanya manggul dan mendaki dalam keadaan perut kurang bersahabat. Bang Rian memang sering tertinggal di belakang, but he always fine at that time.

Trek gunung Singgalang selanjutnya menurut saya pribadi tuh : KENAPA KOK TERJAL TERUS MENDAKINYA!! ARRGGGHHHH... 

Karena pengalaman naik gunung saya juga emang masih seiprit, SMA ke Sindoro dan ngecamp di puncak plus ke Merapi tapi cuma lomba lintas alam. Kemudian kuliah cuma ke Bromo. Jadi yah, beneran shock sama medannya Singgalang -.-

Gunung ini masih sangat hijau. Pohon-pohon besar seperti di film avatar masih banyak. Trek pendakiannya pun berupa akar-akar pohon yang berguna bagi para pendaki, bisa dijadikan pegangan ketika jalan yang kita lalui licin dan terjal. Hijaunya pemandangan ini bikin sejuuk dan sejenak menghipnotis saya hingga lupa atas rasa capek dan letih. Kalau gersang pasti jadi panas karena tidak ada pohon yang melindungi kita dari sinar matahari.

Sebelum sampai ke pos 2, ada mata air yang jernih dan sangat dingin. Kami berhenti sebentar di sana, menikmati suara gemericik air dan membersihkan diri dengan mata air pegunungan yang murni. Dahaga dan rasa gerah pun lenyap seketika. Kami siap kembali melanjutkan perjalanan. Beberapa saat kemudian tak terasa kami telah sampai di Pos 2. Lokasinya berupa tanah agak lapang. Di Singgalang jarang sekali ada tanah yang lapang. Hampir semua area konturnya menanjak. Di pos 2 ini ada ranting-ranting kayu yang sudah disusun untuk memasang tenda. Kami istirahat sebentar di sini.

Tiba-tiba hujan lebat turun. Padahal kami belum sampai setengah perjalanan. Bahkan hujan semakin lebat disertai angin kencang. Sebagai spoiler saya akan memberitahukan bahwa hujan tersebut tak kunjung reda hingga keeseokan harinya. Benar-benar tak ada jeda cuaca cerah barang semenitpun. air terus mengucur dari langit.

Pendakian Singgalang ini sungguh tak terlupakan bagi saya. Pengalaman pahit mendaki saat hujan sangat membekas dalam memori. Kami semua memakai jas hujan, karena ada yang tidak membawa jas hujan maka teman kami hanya memakai jaket. Bahkan ada juga yang dengan cantiknya hanya payung. Lelaki perkasa tersebut menembus hujan badai hanya dengan sebuah payung, tanpa jas hujan dan jaket karena ia hanya membawa satu jaket tanpa cadangan...

Gimana kelanjutan pendakian kami? Baca LANJUTANNYA DI MENDAKI GUNUNG SINGGALANG PART 2 YAAAH :D

2 comments:

  1. Muantap oi mount singgalang...!
    Kebetulan pertenggahan september ini saya dan 2 org teman mau ke sumbar menapaki singgalang dan merapi. hehehe

    oia mampir2 ke blog sebelah ya..! hahaha

    www.jaksabe.blogspot.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah minggu depan kayaknya anak2 juga mau ke Marapi nih :D
      Tapi lagi khawatir soalnya belakangan ini ujan mulu tiap hari :(
      Semoga besok cerah deh ya pas mendaki..
      Ok ntar aku mampir ke blognya :)

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar.
Love, Nia :)